- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Setiap tahun, Kota Bima dipenuhi warna, semangat, dan kebanggaan saat Festival Rimpu Mantika digelar. Ribuan warga turun ke jalan, mengenakan rimpu busana tradisional khas perempuan Bima yang anggun dan sarat makna. Festival ini bukan hanya soal tampil cantik dengan kain tenun, tapi juga tentang bagaimana masyarakat Bima menyuarakan identitas dan melestarikan warisan budaya mereka.
Namun, seiring waktu, muncul pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama: apakah Festival Rimpu Mantika benar-benar membawa dampak yang mendalam, atau hanya menjadi agenda tahunan yang ramai sesaat lalu dilupakan?
![]() |
(Kominfotik.bimakota.go.id) |
Rimpu bukan hanya kain. Ia adalah simbol kesopanan, identitas perempuan Bima, dan bukti bahwa nilai-nilai adat masih hidup di tengah masyarakat modern. Melalui festival ini, kita diajak untuk kembali melihat akar budaya kita sendiri. Ribuan peserta, dari anak-anak hingga orang tua, ikut serta dengan antusias. Ini membuktikan bahwa masyarakat masih mencintai tradisinya.
Tidak bisa disangkal, setiap penyelenggaraan Festival Rimpu selalu meriah. Tapi sayangnya, kemeriahan ini kadang hanya tampak di permukaan. Banyak yang menyoroti bahwa acara ini terlalu fokus pada parade dan visual, tanpa cukup ruang untuk menyelami makna budaya di balik rimpu itu sendiri.
Apa benar semua peserta memahami filosofi rimpu? Apa ada ruang untuk anak muda belajar tentang sejarahnya? Atau, apakah festival ini lebih berfungsi sebagai promosi pariwisata semata?
Edukasi budaya yang seharusnya menjadi inti acara masih terasa minim. Diskusi, pameran sejarah, hingga cerita-cerita dari tokoh adat tentang rimpu nyaris tak terdengar. Padahal, itulah yang bisa membuat festival ini lebih dari sekadar tontonan.
Festival ini jelas memberi dorongan ekonomi, terutama bagi para penjual kain tenun, kuliner lokal, dan UMKM lainnya. Tapi sayangnya, dampak itu hanya terasa selama festival berlangsung. Setelahnya, geliat ekonomi kembali seperti biasa. Ini artinya, potensi ekonomi dari budaya belum benar-benar digarap serius untuk jangka panjang.
Agar Festival Rimpu Mantika bisa benar-benar bermakna, beberapa hal perlu dipertimbangkan seperti Perkuat edukasi budaya. Hadirkan ruang diskusi, pameran sejarah rimpu, dan kegiatan yang membangun pemahaman, bukan hanya pertunjukan. Libatkan lebih banyak komunitas lokal dan pelaku budaya, bukan hanya panitia dari instansi pemerintah. Buat program lanjutan di luar festival, seperti pelatihan menenun untuk remaja, pengembangan wisata budaya, dan kegiatan komunitas sepanjang tahun. Aktifkan generasi muda dengan cara yang kreatif, misalnya melalui konten digital, lomba desain rimpu, atau vlog budaya.
Festival Rimpu Mantika punya tempat khusus di hati masyarakat Kota Bima. Tapi kalau kita ingin festival ini bertahan, berkembang, dan punya dampak nyata, maka kita perlu lebih dari sekadar kemeriahan tahunan. Kita perlu makna, edukasi, dan kesinambungan. Karena budaya tidak cukup hanya dipamerkan ia perlu dijaga, dipahami, dan dihidupi.
Komentar
Posting Komentar
Komentarlah dengan sewajarnya, gunakan bahasa yang baik dan sopan