LAPORAN KEGIATAN “PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) DI KARANGSAMBUNG”


Laporan Kegiatan
“Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Karangsambung”
Tanggal 21-22 Desember 2017




Disusun Oleh :
Mahasiswa Pendidikan Geografi Program Magister
(PGPM) PPs-UNY


PENDIDIKAN GEOGRAFI PROGRAM MAGISTER
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Karangsambung, nama sebuah desa dan nama kecamatan yang berjarak 20 Km arah utara Kota Kebumen ini sangat dikenal kalangan ahli geologi.  Kawasan Karangsambung sendiri ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi Nasional pada 10 November 2006 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan menjadi satu-satunya tempat penelitian bebatuan di Indonesia. Di Karangsambung ini, Pemerintah juga menetapkan fungsi tambahan, yaitu sebagai Geowisata Karangsambung. Sebagai geowisata, Karangsambung memiliki keunikan untuk simpanan jenis batuan yang tersebar di kawasan seluas 22.150  Km persegi. Total luas situs geologi tersebut kini seluas 22.150 Km persegi yang membentang di tiga kabupaten yaitu Kebumen, Wonosobo dan Banjarnegara. Lokasi terluas ada di Kebumen.
Kondisi Geologis, Kebumen merupakan daerah tertua dalam proses pembentukannya. Daerah ini merupakan daerah Subduksi yang awalnya merupakan dasar samudra yang kemudian muncul sebagai akibat terjadinya tumbukan dua lempeng bumi pada 117 juta tahun – 60 juta tahun yang lalu, yakni lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia. Salah satu bukti dari peristiwa alam tersebut adalah daerah Luk Ula (nama sungai di Kabupaten Kebumen yang dimulai dari kecamatan Karangsambung menuju ke Selatan hingga bermuara di samudra Hindia).
Situs geologi Karangsambung, Kebumen, merupakan lantai samudera purba yang kini muncul di permukaan tanah dan memiliki kekayaan fosil dan bebatuan alam. Batuan tertua (mungkin) di muka bumi ini tersimpan di Museum Melange, Balai Informasi Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung. Batuan lantai samudera dan benua ada di tempat ini. Batuan di tempat ini bahkan berumur 117 juta tahun. Batuan ini menjadi salah satu koleksi Museum Melange Karangsambung. Batuan bernama mica schist ini merupakan batuan benua (metamorphic rock), yang menjadi daya tarik wisatawan untuk melihat dan mempelajari proses terjadinya. batuan ini, jika terkena sinar matahari, mengkilap seperti kaca.
Batuan lantai samudera dan benua sengaja dijajar di halaman kantor UPT BIKK Karangsambung. Selain sebagai salah satu daya tarik Geowisata Karangsambung, batuan-batuan berbagai jenis, umur, dan proses terjadinya berbeda dipajang di bagian depan kantor sebagai pengisi taman Museum Melange ini. Batuan-batuan ini baru ditata agar lebih menarik di akhir tahun 2016.
Karangsambung menjadi miniatur geologi Indonesia. Di kawasan tersebut terdapat banyak jenis batuan, baik itu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Karangsambung juga memiliki aneka batu, termasuk jenis batu mulia. Beberapa batu beku seperti basal, granit, gabro, andesit, diabas dan dasit. Kemudian batuan sedimen di antaranya rijang, konglomerat, batu pasir, batu gamping, batu gamping merah dan kalkarenit. Selanjutnya, jenis batuan metamorf itu misalnya kuarsit, serpentinit, sekis mika, filit, karmer dan gneis.
Masyarakat banyak yang dengan sengaja menambang batu-batu di kawasan tersebut. Padahal batu alam di kawasan tersebut merupakan aset ilmiah yang sejatinya bisa diwariskan untuk anak cucu atau bukan sekedar ditambang untuk alasan ekonomi. Pelestarian terhadap kawasan karangsambung sangat penting, mengingat tempat ini menyimpan sejarah geologi yang sangat komplek. Kompleknya geologi di kawasan karangsambung mendorong banyak siswa, mahasiswa dan peneliti melakukan kegiatan edukasi. Pendidikan Geografi Program Magister (PGPM) PPs-UNY pada tanggal 21-22 Desember 2017 melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Karangsambung. Tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan tentang sejarah geologi dan jenis-jenis batuan di wilayah ini.
B.       Tujuan
Adapun tujuan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) PGPM PPs-UNY tahun 2017 di Karangsambung sebagai berikut:
1.    Mengetahui dan memahami sejarah geologi wilayah Karangsambung pada khususnya dan Pulau Jawa pada Umumnya.
2.        Mengetahui dan memahami proses terbentuknya berbagai jenis batuan.
3.        Mengetahui dan memahami jenis-jenis batuan beku, sedimen dan metamorf.
4.        Mengetahui dan memahami proses pembalikan topografi di daerah karangsambung.
C.      Manfaat
Manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) PGPM PPs-UNY tahun 2017 di Karangsambung diantaranya:
1.        Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang sejarah geologi dan jenis-jenis batuan sebagai bekal dalam kegiatan belajar mengajar setelah lulus dari PGPM PPs-UNY.
2.        Bagi Institusi
Menjalin kerjasama yang lebih erat antara Institusi PGPM PPs-UNY dengan LIPI Karangsambung.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) PGPM PPs-UNY tahun 2017 dilakukan di Karangsambung pada tanggal 21-22 Desember 2017
B.       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan berupa kompas geologi untuk mengukur kemiringan, Palu Geologi untuk memcahkan dan mengais batuan, GPS Garmin untuk menentukan koordinat lokasi dan ketinggian lokasi, alat tulis serta Smartphone dan kamera untuk keperluan dokumentasi.
C.      Deskripsi Lokasi Pengamatan
1.      Kali Jebug
Lokasi kali jebug terletak di dusun watutumpang desa karang sambun. Berada disebelah utara dari desa karang sambung sekitar 300 meter dari arah kampus LIPI. Sungai kali jebuk merupakan anak cabang dari sungai Luk Ulo. Kondisi aksesibilitas menuju lokasi kali jebug berada di pemukiman warga dusun Watutumpang.  Akses menuju lokasi pengamatan cukup sulit karena harus melewati dan menyusuri sungai dengan bebatuan yang licin. Waktu tempuh menuju lokasi sekitar 15 menit dari kampus LIPI dengan berjakan kaki.
Kondisi batuan di kali Jebug memiliki ciri khas yaitu struktur dan jenis batuan berbeda, yaitu bagian bawah terdiri atas batuan yang berlapis sedangkan bagian bawah tidak memiliki kenampakan berlapis. Fenomena pertemuan jenis lapisan batuan yang berbeda pada suatu lokasi disebut kontak batuan (Backing effect). Batuan pada struktur bagian bawah merupakan jenis batuan sedimen lempung yang memiliki ciri warna cokelat kehitam-hitaman dan jika dipegang terasa licin dan mengandung lempung pasiran, batuan ini memiliki ukuran butiran 1/256 mm. Berdasarkan pengamatan batuan ini memiliki kenampakan lapisan yang miring, kondisi ini disebabkan oleh tenaga endogen yang memberikan tekanan dari bawah sehingga penampakan batuan ini mengalami perubahan yang awalnya horizontal kemudian menjadi miring vertikal.

Warna cokelat pada batuan lempung disebabkan oleh tekanan dari bawah dan efek bakar dari intrusi magma. Btuan lempung yang mengalami efek bakar yang berada di dekat zona terobosan akan membentuk batuan metamorf kornel. Magma yang telah berhasil melewati batuan lempung tersebut akan membentuk batuan beku diabas. Sehingga dapat ditarik kesimpulan batuan lempung bagian bawah memiliki umur yang lebih tua jika dibandingkan dengan batuan diabas yang berada pada struktur bagian atas.
Kali Jebug terdapat mata air kecil yang sering dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai sumber mata air yang di aliri m,enggunakan selang yang menjang dan terhubung langsung kerumah warga, mata air ini terus mengalir tanpa henti walaupun pada musim kemarau, hal ini tentu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dusun watutumpak untuk kegitan dan aktivitas sehari-hari.


1.      Muara Kali Mandala
Mura kali mandala menuju ke sungai Luk Ulo dan memiliki debit air yang tidak terlalu besar. Kawasan ini memiliki jenis batuan Breksi, Fillit dan Diabas. Kali Mandala merupakan zona pertemuan antara lempeng benua dan lempeng samudera sehingga terdapat zona rekahan yang menyebabkan magma menerobos lempeng samudera sehingga ketika bertemu dengan air laut akan mengalami pendinginan spontanitas membentuk struktur Pillow lava (Lava bantal). Pillow lava terangkat ke daratan dengan proses subdaksi yang lama, seiring berjalannya waktu Pillow lava tersebut mengalami tekanan dan panas yang tinggi sehinga terpecah-pecah (terbreksikan) membentuk batuan breksi Batuan di kali Mandala ini memiliki ciri warna cokelat karena mineral batuan mengandung Fe (Besi).

Kali Mandala merupakan zona subdaksi antara lempeng benua dan lempeng samudera, sehingga di kawasan kali mandala merupakan perbatasan batuan PraTersier muda kearah selatan, sedangkan kearah utara merupakan periode Pratersier tua yang terbentuk sekitar 60 juta tahun yang lalu.
1.      Sungai Lok Ulo
Bentukan alam di muka bumi ini didominasi oleh tenaga endogen dan eksogen. Salah satu bukti dari peristiwa alam tersebut adalah daerah Luk Ula (nama sungai di Kabupaten Kebumen yang dimulai dari kecamatan Karangsambung menuju ke Selatan hingga bermuara di samudra Hindia). Sungai Luk Ula pada awalnya merupakan sungai bawah laut, terbentuk pada masa pratersier tertua diperkirakan telah berumur sekitar 117 juta tahun. Nama Luk Ula sendiri didasarkan pada pola alur sungai yang berkelok – kelok seperti jejak ular yang berjalan, sehingga dinamakan Luk (Alur) Ula (Ular).
Luk Ulo atau Luk Ula atau Lukulo adalah sungai yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang bermuara ke Samudera Hindia. Sungai yang biasa disebut Kali Lukulo ini mengalir dari utara ke selatan dan melintasi dua kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo sepanjang kurang lebih 68,5 Km. Luas keseluruhan DAS Luk Ulo adalah 675,53245 km2 meliputi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Adapun yang masuk wilayah Kebumen seluas 572,84365 km2. Sisanya masuk Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Dari Kampus LIPI Karangsambung berjarak 1,5 Km. Berdasarkan Koordinatnya Terletak di 91◦66’56’’.
Sungai Luk Ulo memiliki nilai geologi tinggi. Sungai Luk Ulo termasuk sungai antecedent, yaitu jenis sungai yang memotong struktur geologi utama daerah yang dilaluinya, dan termasuk stadium dewasa. Tingkat kedewasaan sungai ini terlihat dari pola meander serta endapan undak sungai yang terbentuk pada posisi jauh dari sungai utama. Sungai Luk Ulo merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh topografi punggungan pemisah air (water devide) dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyalur air, sedimen, dan unsur hara dalam sistem sungai yang keluar pada outlet tunggal bukanlah berasal dari sistem gunung api aktif semacam Gunung Merapi tetapi dari rangkaian pegunungan berumur sangat tua dan bernilai ilmiah tinggi.  Proses terbentuknya batuan di area sungai Luk ulo diperkirakan berumur Pra Tersier yaitu 70-60 Juta Tahun Yang lalu.
Pasir, kerikil, dan bongkah batu Luk Ulo bukanlah dari muntahan lahar/lava gunung api yang selalu diperbaharui tetapi berasal dari tingginya pelapukan dan erosi berbagai macam batuan yang ada di bagian hulu, oleh karena itu, komposisi pasir Luk Ulo sangat bervariasi. Sekitar 79.26 % lahan mempunyai kemiringan 30 - 70 %, dan sebagian besar digunakan untuk hutan pinus dan tegalan, kedalaman profil tanah 0 - 30 cm dengan tingkat erosi sedang - berat. Wilayah hulu Sungai Luk Ulo berada di Cagar Alam Geologi Karangsambung, sebuah laboratorium geologi alam yang bersifat umum untuk mengetahui proses terbentuknya alam semesta dimasa silam. Di tepi sungai ini memiliki situs geologi dengan berbagai bebatuan yang berusia ratusan juta tahun. Batuan tertua di Pulau Jawa ditemukan di Sungai Luk Ulo ini diantaranya adalah Batuan Sekismika.
Bukti – bukti geologis berupa batuan – batuan kuno di Karangsambung sebagai hasil evolusi bumi antara lain batuan Rijang dan batuan Lempung Merah Gamping. Secara teori, kedua batuan tersebut hanya bisa di temui di dasar lautan dalam. Terdapat pula batuan Basalt Karangsambung yang merupakan batuan beku yang berasal dari letusan gunung berapi dasar laut. Selain batuan batuan tersebut banyak pula terdapat batuan metamorf. Ciri dari baruan metamorf tersebuat adalah adanya foliasi. Foliasi sendiri adalah proses pensejajaran mineral. Struktur batuan mtamorf ada yang tipis ada yang tebal tergantung dari seberapa besar tekanan yang diberikan saat proses pembentukan. Proses pembentukan batuan metamorf di sungai luk ulo sendiri terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dan suhu yang rendah. Struktur yang tebal disebut juga dengan filit sementara struktur yang tipis disebut dengan silit.
Salah satu jenis batuan metamorf di Sungai Luk Ulo adalah batuan Sekismika, fosil hasil evolusi biota laut seperti ikan, bintang laut, kerang laut, kepiting, terumbu karang dan lain – lain. Fosil biota darat yang dimungkinkan ada setelah Karangsambung menjadi daratan pun banyak dijumpai antara lain fosil: bambu, berbagai tanaman keras seperti jati, kelapa, buah kelapa dan tanaman pohon – pohon purba lainnya yang usianya sangat tua dan bahkan memiliki tingkat kekerasan jauh di atas rata – rata kekerasan batuan umumnya.

1.      Totogan
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi lokasi dikontrol oleh satuan perbukitan bergelombang dan dataran aluvial. Sebelah kiri jalan merupakan Gunung Clekep yang terdiri atas batuan metamorf Serpentinit, sebelah utara merupakan gunung gemantung yang terdiri atas batuan Grimik, Gunung Gliwang terdiri atas batuan melang, ultramerfiks sekis, diatas 100 juta tahun yang lalu.
Geologi di Karangsambung  yaitu  kita bisa melihat berbagai formasi yang diibaratkan seperti kita berjalan ke arah perut Bumi tanpa melakukan pengeboran. Warna dari Formasi Totogan yaitu kemerahan dan abu-abu. Hal ini didasari oleh adanya unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut. Warna merah pada batuan disebabkan adanya kandungan besi (Fe).
Bagian lereng selatan merupakan gunung paruk, yang terdiri atas batuan basalt, sediment, Rijang, Gamping merah. Lokasi pengmatan ini memiliki jenis batuan yang beragam. Sebelah timur menuju karang sadang, sebelah kanan memiliki batuan yang relatif datar, terdiri atas batuan pasir dibagian atas, bagian tengah merupakan batuan breksi, sedangkan bagian bawah terdiri atas batuan lempung, yang sering disebut sebagai formasi Waturondo.

 1.      Pucangan
Pucangan terletak pada titik koordinat South 07° 31’17”, East 109°41’33,6”. Di kawasan Pucangan ini bentuk lahan/unit fisiografinya berupa pengunungan lipatan. Bentuk ini dipengaruhi oleh proses geologis  berupa patahan yang dapat dilihat dari struktur lipatannya yang bergaris-garis. Ditinjau dari segi topografinya, Pucangan memiliki sudut  kemiringan 0-3%, bentuk lereng tidak beraturan yang salah satunya disebabkan oleh eksploitasi batuan Serpentinit seperti yang telah dikemukakan di atas. Sedangkan di kawasan pucangan tingkat erosi tergolong sedang, hal ini disebabkan oleh tanah disekitarnya berupa tanah lempung yang diketahui dari vegetasi yang ada di lingkungan tersebut.
Batuan yang ada di kawasan Pucangan ini memiliki jenis batuan dasar  Metamorf yang berupa Serpentinit. Serpentinit merupakan batuan ubahan dari batuan ultra basa berwarna hijau gelap mengkilap  hasil pembekuan magma pada kerak samudera. Proses ubahannya sendiri terjadi dalam dua fase. Fase pertama terjadi pada saat batuan tersebut bersentuhan dengan lingkungan air laut, sedangkan fase kedua terjadi pada saat masuk ke zone tunjaman dan terangkat kepermukaan bumi. Kesan mengkilap dan bergaris-garis tipis akibat pergesekan antar batuan karena terjadi patahan. Sekitar satu kilometer di sebelah utara lokasi ini pernah diusahakan tambang asbes hasil ubahan lebih lanjut dari batuan serpentinit. Struktur batuan tersebut massive dan terkekarkan. Batuan ini termasuk batuan paramagnetik.
Dari segi tekstur kristal, serpentinit memiliki tekstur fenerik yaitu memiliki kristal yang besar-besar dan dapat dilihat dengan mata biasa. Dari segi perlapisan,serpentinit memiliki tekstur Non-Foliasi, yaitu tekstur yang tidak menunjukkan kecenderungan berlapis. Batuan serpentinit mengandung mineral serpentin dan merupakan rubahan dari batuan beku perodetit menjadi serpentinit. Batuan ini merupakan pondasi lempeng samudra sehingga hanya terletak di dalam samudra.

Keistimewaan dari batuan ini yaitu batuan ini dapat di manfaatkan sebagai bahan bangunan yaitu asbestos. Pengolahan serpentin alam yang merupakan komponen utama pembentuk batuan serpentinit, menjadi bahan refraktori forsterit, mempunyai peluang yang cukup baik dalam mengimbangi peningkatan kebutuhan industri yang cepat akan bahan refroktori. Dari empat lokasi tubuh batuan serpentinit atau batuan peridotit terserpenunisasi yang dianalisa di daerah Karangsambung, Jawa Tengah, secara petrografi terlihat bahwa kandungan mineral serpentin batuan ini mencapai lebih dari 80 persen volume, sedangkan volume yang 20 persen lagi disusun oleh khlorit, mineral opak, garnet dan sisa mineral olivin. Keterdapatan mineral pengotor didalam batuan serpentinit ini, maka dapat disimpulkan bahwa batuan serpentinit dari lokasi Leak memperlihatkan karakter terbaik untuk diolah menjadi bahan refraktori forsterit.
Perairan yang ada di wilayah Pucangan berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Luk Ulo yang bentuk penampang sungainya berkelok – kelok yang mana hal ini disesuaikan dengan keadaan perbukitan dan gunung yang ada di sekitarnya. Daerah ini termasuk daerah pra-tersier yang memiliki ciri-ciri yang berbentuk prisma runcing dan juga bisa disebut komplek mellange, dimana bentuk alami dari daerah ini merupakan daerah semak terbuka. Konservasi lahan di kawasan Pucangan dilakukan secara vegetatif dengan penanaman rumput ternak, rotasi tanaman padi dan ilalang. Konservasi secara mekanik dilakukan dengan cara mengolahan tanah sebagai lahan  pertanian dan menurut kontur. Lahan pertanian tersebut dengan cara terasering.

1.      Kali Muncar
Lokasi pengamatan di kali muncar Desa Seporo memiliki tiga variasi batuan yaitu batu rijang, gamping merah dan pillow lava (lava bantal).ketiga batuan ini memiliki posisi yang unik, dibagian bawah terdiri dari batuan rijang dan gamping merah yang memiliki strukturberselang seling.
Posisi batuan Rijang berdasarkan pengamatan memiliki kemiringan sekitar 80°. Posisi yang hampir vertikal sempurna ini disebabkan gaya endogen sehingga kondisi batuan yang awalnya horizontal berubah menjadi vertikal/miring.
Batuan rijang memiliki warna cokelat kehitaman mirip dodol sedangkan batuan gamping merah berwarna agak kemerahan. Ciri khas Batuan rijang yaitu jika ditetesi larutan NHcl makan tidak akan mengalami reaksi (berbuih) hal ini disebabkan karena struktur kimia batuan rijang mengandung unsur silika (SiO2). Sedangkan batuan gamping merah mengandung karbonat (CaCO3) jika ditetesi larutan NaCL maka akan menunjukan reaksi berbuih.
Batuan Rijang terbentuk di laut dalam yg merupakan hasil sedimentasi, kedalaman dalam pentukannya di dasar laut sekitar 4-6 ribu meter di dasar samudera. Medote untuk mengetahui pembentukan batuan rijang didasar laut adalah dengan ditemukannya fosil radiolaria di dalam batuan rijang itu sendiri (Sukarna, 1974) sehingga diketahui umur batuan sekitar 80-100 juta tahun yang lalu
Pillow lava terbentuk dari Magma yang mampu melewati patahan dan rekahan di lempeng samudera. Magma yang mengalami intrusi akan bertemu dengan air laut didasar samudra secara langsung sehingga magma tersebut akan mengalami pendinginan spontanitas yang membentuk struktur pillow lava  (lava bantal). Batuan rijang dan gamping merah terbentuk lebih awal jika dibandingkan dengan Struktur Pillow lava sehingga batuan rijang dan gamping merah memiliki umur yang lebih tua jika diubandingkan Struktur Pillow lava.

Berdasarkan dari struktur batuan Kali muncar terbentuk lebih awal jika dibandingkan dengan kali mandala yang terbentuk sekitar 60 juta tahun yang lalu. Dilokasi ini juga ditemukan beberapa batuan lain metamorf High Pressure, glukopan,eklogen (piroksin, kismika, garnet). Mineral garnet sering dijumpai pada rekahan batuan, Adanya warna2 kecokelatan antara lapisan batuan rijang dan gamping merah disebabkan oleh masuknya larutan2 dan bahan atau yg biasa disebut kekar batuan hal ini disebabkan mineral ini memasuki struktur batuan memalui rekahan-rekahan atau patahan batuan yang disebabkan oleh gaya endogen pada masa lampau.
1.      Kali Brengkok Desa Sadang Kulon
Situs Kali Bengkok terletak di Desa Sadang Kulon, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen. Situs geologi Kali Brengkok berjarak sekitar 25 Km dari kota Kebumen dan ditempuh melalui jalur satu arah Mertakanda – Karangsambung – Banjarnegara- Wonosobo. Situs ini telah menjadi milik LIPI Karangsambung dan menjadi salah satu lokasi penelitian wajib para geolog baik mahasiswa geologi maupungeolog profesional dari berbagai negara.  Situs kali bengkok ini berada tepat di sebelah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sadang. Situs geologi ini merupakan salah satu bukti adanya tumbukan Lempeng Samudera dan Lempeng Benua di daerah Kebumen sejak masa Pratersier. Menurut ilmu geologi, situs batuan yang mencuat di Kali Brengkok merupakan hasil tumbukan antara Lempeng Samudera dan Lempeng Benua. Berdasarkan uji pengukuran Radioaktif, diketahui bahwa batuan ini telah berusia 121 juta tahun. Batuan di Kali Brengkok termasuk dalam jenis batuan Sekis Mika yang berasal dari zaman Kapur. Batuan ini merupakan batuan tertua yang tersingkap di pulau Jawa dan menjadi alas atau dasar dari pulau Jawa.

Batuan Sekis Mika merupakan salah satu jenis batuan metamorf. Batuan Sekis Mika berasal dari batuan pasir yang mengandung mineral asam yang berada dalam Lempeng Benua kemudian masuk ke dalam wilayah tumbukan (Lempeng Samudera dan Lempeng Benua) dan berubah menjadi Sekis Mika. Batuan sekis mika memiliki warna abu-abu dan mengkilap putih, dengan komponen mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf foliasi. Pada deretan batuan sekis mika ini terdapat aliran sungai yang merupakan arah aliran subsekuaen karena sungainya sejajar dengan arah straight. Pada struktunya terdapat rekahan yang telah terisi oleh mineral kuarsa yang masuk ke celah-celah rekahan tersebut. Sekis mika berfoliasi lemah terdapat komponen mika dan kuarsa. Terbentuk karena akibat tektonik yang merupakan fanerik lepidoblastik skistosa. Batuan dengan mineral mika yang berkilauan ketika tertimpa sinar matahari ini adalah batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Ditemukan di bayat, Klaten.
Seismika yang terdapat di Desa Sadang Gulon merupakan batuan metamorf. Batuan metamorf merupakan batuan yang mengalami perubahan bentuk karena suhu dan tekanan. Pada batuan sedimen ada yang namanya proses diagenesis. Proses ini merupakan perubahan bentuk dari material menjadi sedimen salah satunya adalah karena tekanan. Tetapi kompaksi dan sebagainya juga termasuk dalam sebuah tekanan dikarenakan oleh suhu. Perbedaannya adalah batuan metamorf mempunyai tekanan minimal yaitu suhu diatas 200o C dan tekanannya diatas 300 mpa. Tahap ini adalah tahap pembentukan batuan metamorf. Dibawah proses tersebut dinamakan diagenesis, kompaksi, dan sebagainya. Apabila batuan tersebut ditekan hingga meleleh maka akan menjadi magma. Jika magma mengalami pembekuan maka akan menjadi batuan beku. Sehingga disebut batuan metamorf apabila batuan tersebut tidak boleh meleleh. Kesimpulannya adalah batuan metamorf mempunyai faktor suhu dan tekanan tapi tidak boleh hingga mengalami fase lelehan.
Di Sadang Gulon sendiri, batuannya mempunyai ciri lapisan. Lapisan dan foliasi mempunyai kemiripan. Cara gampang untuk membedakan batuan beku dan metamorf adalah dengan memperumpamakan diri sendiri atau kita. Kita mempunyai posisi sebagai mineral. Letak antara setiap orang adalah tidak beraturan. Kemudian dosen akan memberi perintah untuk berkumpul dan berbaris. Maka kita akan menuruti perintah dari dosen untuk berkumpul kemudian berbaris. Instruksi dari dosen tersebut adalah sebuah bentuk tekanan. Karena mendapat tekanan dari dosen kita akan menjadi teratur.
Foliasi tersebut adalah mineral yang berbaris atau pensejajaran mineral. Di Desa Sadang Gulon akan ditemukan batuan mineral yang berfoliasi. Diantaranya adalah skis mika. Disebut skis karena mempunyai struktur tipis. Dalam celah-celah batuan terdapat mika yang bercirikan mengkilap makanya disebut dengan skis mika. Kalau batuannya pipih dan masih bias untuk dicungkil pakai tangan bisa dengan suhu dan tekanan yang rendah maka disebut pilipip. Atau lebih rendah lagi maka disebut batu sabak. Berbicara tentang batuan metamorf, maka akan diketahui batuan asalnya sebelum menjadi batuan metamorf. Di Desa Sadang Gulon batuan asalnya adalah batu pasir kuarsa yang terkena panas dan tekanan sehingga menjadi batuan metamorf. Jadi apabila diteliti lebih dalam akan ditemukan bongkah-bongkah kuarsanya.
Batuan beku dibagi menjadi batuan beku asam, abas, dan intermediet. Pembagian tersebut secara kimiawi, tetapi dilapangan tidak ada orang yang akan peka terhadap pembagian batuan secara kimiawi. Solusinya adalah dengan melihat warna mineralnya. Walaupun begitu, banyak orang yang masih tidak paham mengenai mineral. Hal tersebut sangat wajar mengingat jenis mineral yang jumlahnya lebih dari 3000 jenis sehingga susah untuk dihapalkan. Tetapi dapat dihapalkan mineral-mineral utamanya dengan melihat warnanya. Jika ada batuan beku yang warnanya terang maka itu batuan beku asam. Batuan beku yang gelap maka basa. Semakin gelap maka akan semakin basa. Jika berwarna abu-abu maka termasuk intermediet. Hubungannya adalah apabila batuannya berasal dari lempeng Samudra seperti di Desa Sadang Gulon ini akan menghasilkan batuan beku basa hingga setengah basa. Jika berasal dari lempeng benua pasti menghasilkan asam. Jika setengah asam dan setengah basa maka jadinya adalah intermediet. Logikanya adalah seperti itu. Magma itu adalah adonan sebelum jadi batu. Pillow lava itu terbentuknya ada di dasar Samudra. Ciri-ciri yang terdapat di Desa Sadang Gulon merupakan batuan beku berwarna terang atau gelap. Jika diamati batuannya adalah pillow lava gelap yang berasal dari lempeng Samudra.
Salah satu bukti adanya zona subduksi di daerah Karang Sambung adalah adanya batuan skismika. Kemudian jika dengan menggunakan kompas dapat dilihat bahwa arah batuan yang ada di Karang Sambung ini mengarah ke timur laut. Untuk dapat mengetahui jalur magma pada rangkaian gunung api yang ada di Pulau Jawa dapat dilakukan tes dengan mengecek seri magma sama atau tidak, kedua melihat hukumnya termasuk hukum ekuivalen atau tidak, jika tidak ekuivalen maka termasuk jalur gunung api yang berbeda.
1.      Sadang Wetan
Desa sadang wetan di wilayah kecamatan sadang kebumen adalah salah satu bukti betapa besarnya Karunia dan Rahmat Tuhan terhadap bumi Kebumen Indonesia. Daerah ini merupakan hamparan batuan yang muncul sebagai sisa aktifitas gunung api raksasa bawah laut purba Karangsambung Kebumen. Setelah proses tumbukan lempeng benua dan samudera ratusan juta tahun silam (masa pratersier) wilayah ini ikut berubah menjadi daratan yang sangat subur. Keajaiban di daerah Loning ini tampak jelas pada struktur lahan pertanian warga yang sebenarnya berada di atas batuan yang hanya terlapis tanah debu halus yang sangat terbatas. Walaupun lahan pertanian ini berdiri di atas hamparan batu, namun hasil pertanian di daerah ini sangat bagus. Tiga kali dalam setahun daerah ini bertanam padi. Bisa dikatakan bahwa desa ini hampir tidak mengalami musim kemarau.
Batas Administrasi Desa Sadang Wetan meliputi sebelah Utara dengan Desa Kedunggong, sebelah barat dengan Desa Sadangkulon, sebelah selatan dengan Desa Cangkring dan sebelah timur dengan Kabupaten Wonosobo.
Pada lokasi pengamatan geologi di Sedang wetan dilakukan di kompleks melang, kompleks melang merupakan kompleks batuan yang tercampur aduk akibat proses tektonik selain kompleks melang terdapat satu kompleks lagi yang terdapat dikarang sambung sebagai lokasi pengamatan geologi yaitu kompleks melang karangsambung yang merupakan kompleks batuan yang tercampur aduk akibat proses sedimentasi.

Lokasi pengamatan di Sedang wetan dapat dilihat pada gambar diatas, dimana terlihat lapisan batuan dari jenis batuan gamping merah (terlihat berwarna muda) dan rijang (terlihat berwarna gelap). jika menemukan batuan yang pres maka rijang dan gamping akan berwarna sama merah untuk dapat membedakan antara rijang dan gamping seperti yang terlihat pada gambar adalah sebagai berikut :
1.      Batuan gamping gampang terkikis oleh kukur dikarekan struktur dari batuannya, Sedangkan rijang tidak dapat terkikis oleh kuku.
2.      Batuan rijang memiliki konkoidal saat dipecahkan, konkoidal yaitu pecahan pada batuan mineral yang memperlihatkan gelombang melengkung di permukaannya seperti kenampakan kulit kerang atau botol pecah. contohnya pada batuan mineral kwarsa.
3.      Batuan rijang merupakan batuan kwarsa maka bentuk batuannya sama sedangkan gamping karbonat saat dipecahkan tidak akan membentuk konkoidal.

Cara membedakan jenis batuan tua dan muda adalah dalam Suatu urutan pelapisan batuan, maka lapisan batuan yang terletak dibawah umurnya relatif lebih tua dibandingkan lapisan diatasnya hal tersebut berlaku selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi atau masih dalam keadaaan normal. Keadaan normal yang dimaksudkan ialah kondisi horizontal batuan. Untuk menentukan jenis batuan jika dalam kondisi miring (upnormal)  kita harus mengetahui dalam biologi disebut struktur primer dalam batuan. struktur primer ini terbentuk karena proses sedimentasi atau juga dapat dikatakan sebagai struktur yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan sedimen contohnya graded bedding yaitu struktur perlapisan sedimen yang menunjukkan perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk suatu lapisan batuan logikanya butiran yang besar berada dibawah yang kecil berada diatas menunjukan sturktur perlapisan yang semakin ke atas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai akan semakin kecil. Dalam struktur primer yang terbentuk saat proses pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan mendatar, lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro yaitu adanya kesan riak. Struktur primer pada batuan diantaranya graded bedding, ripple mark, Load Cest, Flute Cast dll.
Berdasarkan Hukum Superposisi bentuk yang paling sederhana, bahwa hukum ini menyatakan pada perlapisan stratigrafi tak terdeformasi, strata tertua terletak di bagian paling bawah perlapisan. Hal ini penting untuk pemberian umur stratigrafi (dating), yang mengasumsikan bahwa hukum superposisi berlaku. Hukum ini pertama kali diusulkan pada abad ke-17 oleh ilmuwan Denmark Nicolas Steno. Dalam kondisi normal (horizontal) batuan yang berada di bagian bawah akan lebih tua daripada yang berada di bagian atas. Sedangkan dalam posisi abnormal atau miring hukum superposisi tidak berlaku maka kita harus tau istilah dalam geolagi tentang struktur primer pada batuan.
Apa yang menyebabkan warna batuan gamping lebih merah ? batuan gamping mengandung unsur besi (FE), namun diketahui FE memiliki warna gelap (hitam) yang menyebabkan batuan gamping berwarna lebih merah dikarenakan proses oksidasi dari unsur besi tersebut sehingga batu gamping yang terlihat seperti pada gambar sudah mengalami proses oksidasi. Asal dari batuan gamping yaitu dari lempeng samudra diketahui berdasarkan fosilnya, fosil yang berukuran kecil menggambarkan adanya sumber makanan yang sedikit, sumber makanan yang sedikit berasal dari dasar laut. Fosil dari lempeng samudra tersebut ialah fosil radiolaria.
Mengapa kenampakannya lapisan batuannya selang-seling? batuan rijang berasal dari lau dalam sedangkan gamping berasal dari laut dangkal. Terbentuknya rijang dan gamping dikarenakan batuan rijang sudah diketahui dari fosil sedangkan gamping dari laut dangkal, kenapa tidak di laut dalam ? dalam keadaan tertentu karbonat akan larut. Larutnya dipengaruhi oleh tekanan, suhu, kejernian air dll.
Kedalaman laut 200 300m akan terbentuk unsur bebatuan dari gamping itu sendiri sedangkan lebih dari 500 m tidak akan mengalami pembentukan salah satu yang mempengaruhi adalah suhu.  Pillow lava laut dalam karena batuan basalt. Lava panas yang dipengaruhi oleh suhu karena hangat karbonatnya mengendap, karbonatnya sebernanya ada tapi larut. Rijang dan gamping ketebabalannya tidak konstan, dipengaruhi keluarnya lava jadi bervariasi. Zona sasidi yang mempengaruhi batu gamping terendam dibatu dalam. Pada umumnya lava bantal (Pillow lava) terbentuk pada jalur rekahan lantai samudra atau MOR (Mid Oceanic Ridge). Hal ini dapat kita jadikan salah satu data bahwa dahulunya lingkungan tersebut merupakan lingkungan laut. Berdasarkan asosiasinya yang tersusun oleh komposisi yang cenderung andesite sampai basal, dengan sisipan tuf. Perlu untuk kita ingat juga, bahwa untuk dapat terbentuk struktur pillow nya, tidak cukup hanya kontak dengan air saja, dibutuhkan juga adanya tekanan sehingga lava yang keluar akan membentuk struktur lava, seperti kita ketahui bahwa tekanan di laut akan bertambah seiring bertambahnya kedalaman laut. Tidak menutup kemungkinan di danau juga dapat terjadi apabila syarat-syarat dari terbentuknya dapat terpenuhi.
Mengapa lapisannya berbelok-belok? lapisan berbelok-belok dipengaruhi oleh beberapa alasan yaitu :
1.      Hukum superposisi, karena masuk dalam zona sugarsi jika pada prinsipnya jika semua batuan sedimen ada di awal pembentukan pasti horizontal.
2.      Continity laterat yang diendapkan sepanjang arah lurusnya atau menempati sesuati wadahnya jika bentuknya seperti mangkuk maka bagian ujungnya akan memipih.
3.      Batuan yang kuat menghadapi tekanan adalah batuan yang lempung.
1.      Totogan
Formasi Totogan merupakan formasi  yang diendapankan secara selaras diatas Formasi Karangsambung. Formasi ini terdiri dari breksi,  Batu lempung berwarna kelabu, berselingan dengan batu lempung merah dengan fragmen-fragmen berupa batulempung, batugamping, lava basalt dan sekis.  Bagian bawah terdiri dari perselingan tak beraturan antara breksi, batu lempung tufaan, napal dan konglomerat yang juga terdapat sisipan berupa batu pasir.  Kearah atas perlapisan fragmen atau komponen breksi dan batu pasir searah perlapisan fragmen atau searah dengan  komponen breksi  dan batu pasir. Dibagian atas dijumpai lapisan berupa perselingan antara batu lempung,  batu pasir dan tufa yang memiliki perlapisan yang baik dan banyak dijumpai kuarsa.





Komentar