INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) DAN INA-GEOPORTAL



Infrastruktur data spasial nasional atau yang disingkat dengan IDSN merupakan suatu sistem peran serta dalam perolehan dan penyebarluasan informasi spasial (Saroso et al, 2003: 1). IDSN adalah suatu sistem yang mencakup unsur kelembagaan, kumpulan data dasar spasial berikut standar dan petunjuk teknis, teknologi, peraturan perundang-undangan dan kebijakan, serta sumberdaya manusia yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendistribusikan dan meningkatkan pemanfaatannya (Rukhviyanti, 2010: 31).
IDSN memudahkan pengguna data spasial dalam menggunakan dataset yang bersifat secara konsisten. Data diperoleh dan dikumpulkan oleh berbagai pihak instansi dan merupakan suatu terobosan yang terbaru (Pratondo et al, 2006: 62).
Pembangunan IDSN mencakup 5 (lima) pilar utama yang meliputi (a) Kelembagaan (Institutional Aspect), (b) Peraturan Perundang-Undangan (Legal Aspect), (c) Data Utama (Geospatial Data), (d) IPTEK (Research & Development), (e) SDM (Human Resource Development) (Saroso et al, 2003: 7)
Keseriusan Pemerintah dalam membangun Infrastruktur untuk sharing data dilatar belakangi oleh bencana yang sering terjadi di indonesia terutama Tsunami Aceh 2004 dan gempa bumi yogyakarta 2006, hal ini terlihat dari dikeluarkannya peraturan presiden No. 85 tahun 2007 tentang jaringan data spasial nasional (JDSN) kemudian mengalami amandemend menjadi peraturan presiden No. 27 tahun 2014 tentang jaringan informasi geospasial nasional (JIGN) (Yudono, 2014/artikel kompas.com)
Salah satu realisasi Pembangunan Infrastruktur data spasial nasional yaitu dengan diterbitkannya peraturan presiden No. 27 tahun 2014. Jaringan Informasi Geospasial Nasional yang selanjutnya disebut Jaringan IGN adalah suatu sistem penyelenggaraan pengelolaan IG secara bersama, tertib, terukur, terintegrasi, dan berkesinambungan serta berdayaguna (Perpres No. 27 tahun 2014 pasal 1 ayat 7) . Jaringan IGN diselenggarakan melalui sarana jaringan informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Jaringan IGN berfungsi sebagai sarana berbagi pakai informasi geospasial  dan penyebarluasan Informasi Geospasial (Perpres No. 27 tahun 2014 pasal 2 dan 3).
Supaya share data dalam Jaringan Informasi Geospasial Nasional berjalan dengan baik dan lancar maka diperlukan Simpul jaringan. Simpul Jaringan berupa institusi yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pengumpulan,pemeliharaan, pemutakhiran, pertukaran, dan penyebarluasan DG dan IG tertentu. Dalam simpul jaringan diperlukan penghubung Simpul Jaringan yang merupakan institusi yang menyelenggarakan pengintegrasian Simpul Jaringan secara nasional (Perpres No. 27 tahun 2014 pasal 1 ayat 8 dan 9).
Geoportal adalah portal khusus yang berhubungan dengan layanan pencarian dan penggunaan data spasial melalui media internet. Untuk memfasilitasi pencarian data, setiap data yang disediakan oleh penyedia data perlu memiliki metadata (data tentang data geospasial). Untuk memfasilitasi penggunaan data (khususnya data daring), data spasial yang terdaftar di geoportal dapat diakses menggunakan beragam spesifikasi OpenGIS misalnya WFS dan WMS (Rusmanto et al, 2014: 7). Ina-Geoportal merupakan salah satu Geoportal sebagai sarana jaringan Informasi Geospasial nasional yang diluncurkan oleh Badan Informasi Geospasial. Sedangkan Badan informasi geospasial (BIG) merupakan instansi yang berwewenang yang dalam hal ini berperan sebagai penghubung simpul jaringan (Perpres No. 27 tahun 2014 pasal 9) . Keuntungan utama menjadi Simpul Jaringan adalah terciptanya efisiensi dan efektivitas dalam berbagi pakai data secara horinsontal (antar unit/SKPD) atau secara vertikal. Selain itu, disediakan akses yang mudah untuk mendapatkan data asli (fitur maupun citra) dari Penghubung Simpul Jaringan/BIG (Rusmanto et al, 2014: 7). Untuk Simpul jaringan sendiri terdiri dari Lembaga tinggi negara, Instansi Pemerintah, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah bertugas sebagai Simpul Jaringan (Perpres No. 27 tahun 2014 pasal 4 ayat 4).
Ina-Geoportal dibangun dengan partisipasi berbagai kementrian, lembaga, serta pemerintah daerah di indonesia, sebagai wadah dan sarana Penghubung simpul jaringan. Ina-Geoportal merupakan bukti apresiasi terhadap kebutuhan data geospasial di tanah air Indonesia yang diluncurkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) pada tanggal 17 oktober 2011. Portal ini merupakan gerbang utama akses informasi geospasial yang menghubungkan berbagai Kementerian, Lembaga, Provinsi, dan Daerah yang menjadi mitra penghubung simpul Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) (Retrived from http://portal.ina-sdi.or.id/home/).


Gambar. 1. Halaman Beranda Website (http://portal.ina-sdi.or.id/home/)


Ina-geoportal merupakan sebuah website yang menjadi sarana Share data dan penghubung simpul jaringan, pada situs ini menyediakan berbagai informasi yang bisa diakses dan di download secara bebas mulai dari metadata yang berisi open web maps yang berisi informasi dasar berupa batas wilayah, garis pantai Hidrografi, Hipsografi yang terdiri atas skala 25, 50 dan 250 ribu, lingkungan terbangun, penutupan lahan, toponimim, transportasi, utilitas dan bathymetri. Semua metadata tersebut dapat di akses dengan persyaratan registrasi dan log in.

Gambar. 2. Geoportal viewer untuk mendownload DG dan IG
Metadata yang dibagikan oleh simpul jaringan dari berbagai daerah dan pusat tersedia dalam bentuk DOC dan ISO yang dapat diakses, namun ditemukan beberapa kendala file tidak bisa diakses. Viewer peta dapat dilakukan dengan mengunjungi url (http://portal.ina-sdi.or.id/geoportal/viewer/) disini terlihat web maps yang dapat diakses yang menampilkan beberapa layer dengan melakukan input data, data yang saya tampilkan berupa peta tematik penggunaan lahan khusus tentang danau. Tidak hanya terbatas pada hal tersebut masih banyak jenis-jenis data yang bisa ditampilkan seperti peta dasar, peta jalan, jaringan kontrol geodesi nasional. Dibagian beranda Website tersedia beberapa peta batimetri indonesia dan simpul instansi yang berperan sebagai simpul jaringan.


Gambar. 3. Metadata dari Simpul Jaringan


Gambar. 4. Geoportal Maps Viewer DG dan IG
Kontribusi citra penginderaan jauh sangatlah penting terhadap kesuksesan dalam pengadaan Jaringan Informasi Geospasial nasional serta sarana penghubung simpul jaringan, hal ini dapat dilihat dari metadata peta yang di share oleh simpul jaringan merupakan bersumber dari beberapa citra satelit sebagai bahan dasar pembuatannya seperti peta batimetri, peta hidrografi, peta administrasi dan sebagainya, selain itu Webmaps viewer juga menggunakan citra satelit yang bersumber dari satelit CNES/Airbus DS sebagai option walaupun basic maps yang bersumber dari esri, dan vendor lainnya, akan tetapi sudah menggunakan data citra satelit. Pihak lembaga Antariksa dan penerbangan nasional (LAPAN) nebyerahkan kepada BIG berupa citra SPOT-5 beresolusi 2,5 meter dan citra SPOT-6 dengan resolusi spasial 1,5 meter. Serta, citra resolusi menengah berupa data dari satelit Landsat-7 dan Landsat-8 (Retrived from http://www.technology-indonesia.com). selain itu penggunaan Peta RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) juga digunakan Oleh BIG untuk penyusunan peta desa Indonesia. BIG mengoleksi data dari tiga sumber data sekaligus, yaitu foto udara, citra satelit 1,5 meter (Spot 6), dan citra satelit resolusi 50-60 cm. Langkah pertama, BIG memotret udara lokasi desa-desa yang akan dibuatkan peta resolusi tinggi. Potret udara merupakan sumber data, sedangkan data lainnya bersifat melengkapi (http://www.sainsindonesia.co.id). dari pemaparan tersebut bahwa data yang digunakan BIG untuk membuat informasi dasar bersumber dari citra satelit tanpa adanya penggunaan citra satelit tidak mungkin program pembangunan Jaringan Informasi Geospasial nasional dapat terlaksanakan dengan baik dan lancar.


Gambar. 5. Penggunaan Citra satelit Basic Maps di Ina-Geoportal



Daftar Pustaka

BIG Fokus Pada Pemenuhan Citra. (2015). Retrived from http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/rubrik/geospasial/1418-big-fokus-pada-pemenuhan-citra-resolusi-tinggi
BIG Gunakan Citra Satelit. (2016). Retrived From http://www.technology-indonesia.com/index.php/kesehatan/penyakit-menular/953-big-gunakan-citra-satelit-untuk-pemetaan-desa
Ina-Geoportal (2011). Retrived from http://portal.ina-sdi.or.id/
Pratondo, B. J.,Alikodra, H. S.,Sahardjo, B. H., & Kardono, P. (2006). Aplikasi Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) Untuk Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan (Studi Kasus Di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat). Jurnal Ilmiah Geomatik. Retrived from http://big.go.id/assets/News/Artikel-pdf/Aplikasi%20infrastruktur%20data%20spasial%20nasional,%20IDSN%20untuk%20pengendalian%20kebakaran%20hutan%20dan%20lahan,%20studi%20kasus%20di%20kab%20Sanggau%20Kalbar.pdf
Republik Indonesia. (2007). Peraturan Presiden No. 85 tahun 2007 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Presiden No. 24 tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional
Rukhviyanti, N. (2010). Studi Tentang Pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional (ISDN). Jurnal Informasi. Retrived from http://files.stmik-im.ac.id/feb2010/novi.pdf
Rusmanto, A.,Darmawan, M.,Sumaryono.,Amhar, F.,Sutanta, H.,Aditya, T.,Kusumasari, B.,Diyono.,Prijadi, S.,Hutasoit, Y. E. (2014). Petunjuk Teknis Pembangunan Simpul Jaringan. Pusat Standardisasi Dan Kelembagaan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial. Cibinong: BIG
Saroso, H., Nataprawira, R., Daryaka, S., Mulyadi, T., Purnawan, B.,Syafe’i.,Adibroto, A.,Haryadi, H.,Hartanta, Y.,& Gularso, S. K. (2003). Pedoman Pembangunan Clearinghouse Data Spasial. (ed.). Pusat Sistem Jaringan Dan Standardisasi Data Spasial Deputi Bidang Infrastruktur Data Spasial Nasional. Cibinong: Bakosurtanal.
Yudono, A. (2014). Portal Data Indonesia, Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) dan Pembangunan Berkelanjutan. Retrived from https://www.kompasiana.com/adipandang/portal-data-indonesia-infrastruktur-data-spasial-nasional-idsn-dan-pembangunan-berkelanjutan_54f98570a3331140548b482e









Komentar