GEOGRAFI DAN PENDEKATANNYA

1.      Geografi dan Penjabarannya
“Geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer melalui pendekatan keruangan, ekologi dan complex wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia di suatu wilayah dalam kerangka pembangunan wilayah yang berkelanjutan (Hadi Sabari Yunus 2010)”
Pada prinsipnya semua ilmu dikembangan untuk dimanfaatkan bagi kebutuhan umat manusia sebuah ilmu bermanfaat jika memiliki manfaat dan mampu menjawab serta memenuhi kebutuhan akan keberlangsungan hidup manusia. Ilmu geografi itu sendiri di kembangkan agar mampu menjawab berbagai aspek kebutuhan manusia terutama dalam bidang kajian geografi. Misalnya dalam sector pembangunan, Tentu pembangunan yang di maksud dalam hal ini bukan pembangunan yang justru merugikan dan menimbulkan bencana di kemudian hari akan tetapi pembangunan yang memberikan manfaat secara terus menerus, mampu memberikan manfaat di masa kini tanpa mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang baik untuk keberlangsungan biotic abioti dan culture. Pada prinsipnya geografi mengkaji gejala-gejala fenomena geosfer di permukaan bumi  yang terdiri atas unsure atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer. semua unsure-unsur geosfer tersebut akan di analisis dengan sudut pandang atau pendekatan-pendekatan yang khas dan  berbeda dengan pendekatan ilmu lainnya, pendekatan tersebut secara umum dibagi menjadi tiga pendekatan, pertama pendekatan keruangan yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada unsure atau elemen-elemen dan eksistensi suatu ruang sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia. yang kedua pendekatan ekologis yang lebih menekankan pada hubungan antar manusia sebagai mahluk berbudidaya beserta aktivitasnya dengan lingkungan tempat keberadaannya. Serta yang ketiga adalah pendekatan kompleks wilayah yang lebih menekankan pada integrasi dari pendekatan keruangan dengan pendekatan ekologis dimana analsis suatu gejala menekankan pada  system dan kompleksitas.

2.      Pendekatan Geografi
a.      Spatial Approach
Pendekatan keruangan merupakan salah satu ciri khas yang membedakan ilmu geografi dengan ilmu lainnya, Dalam analisis kajian dengan metode ini menekankan eksistensi ruang sebagai kerangka analisisnya yang bertujuan untuk memahami suatu objek lebih detail dan mendalam. Didalam suatu ruang terdapat elemen-elemen pembentuk ruang itu sendiri, elemen-elemen tersebut dapat diabstrasikan kedalam tiga bentuk utama yaitu penampakan titik (point feature), penampakan garis (line feature) dan kenampakan bidang (area feature).
Analisis pola persebaran elemen-elemen keruangan seperti kenampakan titik, garis dan bidang akan diamati dari berbagai matra antara lain pola (pattern); struktur (structure) proses (process); interaksi (interaction); organisasi dalam system keruangan (organization within the spatial system); asosiasi (association); tendensi atau kecendrungan (tendency or trend); pembandingan (comparation) dan sinergisme keruangan (spatial synergism). Persebaran suatu objek dalam suatu ruang untuk kenampakan titik dapat didefinisikan dengan contoh seperti clustered, random dan sistematis. Sedangkan persebaran objek dalam suatu ruang dari segi kenampakan garis seperti radial, anuler, paralle,centre,circuit,rectangular dan branching. Serta pola persebaran objek dalam suatu ruang berupa bidang seperti triangle, square, fan, trapezium, dan oval. Dari penampakan-penampakan hasil abstraksi tersebut dapat diketahui fenomena geografi serta dinamikanya dalam keruangan dengan menggunakan pertanyaan geografi 5W1H. (what,where,when,why,who,how)
Para ahli geografi dituntut untuk mampu menjawab factor-faktor apa saja yg mampu menguasai pola persebaran dan bagaimana agar pola tersebut dapat di kuasai sehingga bersifat efisien dan wajar, dengan kata lain yang harus diperhatikan dalam analsis ini adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyebaran ruang yang akan digunakan untuk berbagai tujuan dan kegunaan yang dicanangkan.
b.      Ecological Approach
Pendekatan ini menekankan analisisnya interelasi antara manusia dan atau kegiatannya dengan lingkungannya. Pendekataan ini tidak hanya dimaknai sebatas suatu hubungan mahluk hidup atau organism dengan lingkungan fenomenanya saja, akan tetapi harus dikaitkan dengan fenomena atau gejala fisik sebagai suatu hasil campur tangan aktivitas manusia yang berbudi daya. Sehingga aktivitas manusia itu sendiri mampu menghasilkan dan mempengaruhi suatu fenomena lingkungan yang didalamnya mencakup abiotik biotic dan culture.
c.       Regional Complex Approach
Pendekatan regional compleks menekankan pada pemahaman kompleksitas gejala dipermukaan bumi dalam suatu wilayah. Dengan adanya perbedaan-perbedaan dalam suatu wilayah maka akan terbentuk unit-unit wilayah yang memiliki hubungan fungsiona, sehingga akan membentuk suatu system yang kompleks dan membutuhkan kajian yang bersifat kompleks pula. Pedekatan ini menganalisis suatu gejala serta pengaruhnya gejala tersebut tidak hanya pada suatu kawasan saja akan tetapi dampak yg ditimbulkan terhadap kawasan lainnya selain itu juga dikaitkan dengan factor dan dampak terhadap aktivitas manusia baik untuk waktu sekarang maupun yang akan datang, jadi pendekatan ini menganalisis hubungan yang bersifat vertical dalam arti keruangan dan horizontal dalam arti ekologis dalam system dimana, suatu objek dalam suatu wilayah saling berkaitan. oleh karena itu pendekatan ini sering digunakan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan karena factor kompleksitasnya yang mengintegrasikan pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis.

3.      Perbedaan Antara Regional Approach dan Regional Complex Approach
Perbedaan mendasar dari pendekatan regional dengan pendekatan regional kompleks ialah dari sisi kompleksitasnya dimana pendekatan regional kompleks lebih menekan eksistensi elemen-elemen pembentuk ruang serta pengaruhnya terhadap aktivitas kegiatan manusia yang menekan suatu system yang saling mempengaruhi antara satu sama lain, sedangkan pendekatan regional tidak menekankan suatu system sebagai dasar kajiannya. Misalnya kajian gejala keterpurukan lingkungan dikawasan dieng, peneliti tidak dituntut untuk meneliti atau menjelaskan kemungkinan dampak di kawasan lain seperti dikawasan waduk mrica, cilacap ataupun efek dominonya seperti pendangkalan sungai serayu yang menyebabkan penurunan hasil pertanian dan mengancam eksistensi nelayan di pelabuhan di cilacap. Peniliti hanya dituntut untuk focus menganalisis gejala yang terjadi di kawasan dieng  saja, bagaiman proses, dampaknya serta pemecahan yang akan dilakukan terhadap kawasan dieng tersebut. Dalam arti lain pendekatan regional terbilang ruang lingkup analisisnya lebih sempit jika dibandingkan dengan analisis pada pendekatan regional kompleks yang lebih lengkap, dan luas cakupannya.


Sumber: 

Yunus, H, S. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yunus, H, S. Makalah konsep dan pendekatan geografi (dasar filsafat geogarfi kontemporer).Memahami Jati Diri Keilmuan. Dipersiapkan untuk Matakuliah Filsafat Geografi di Program Studi S2 Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta

Komentar