KKL PANTAI LUNKAK LOMBOK TIMUR


BAGI TEMAN-TEMAN YANG MAU MENDOWNLOAD LAPORAN INI VERSI DOKUMENTNYA (LENGKAP) KLIK DI SINI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuliah Kerja Lapangan merupakan Salah satu upaya untuk memperkenalkan mahasiswa ke dunia kerja secara nyata, dan terjun langsung ketempat kerja, maka ditetapkan dalam kurikulum sebuah mata kuliah dengan nama “Kuliah Kerja Lapangan” (KKL) yang merupakan Mata Kuliah Wajib ditempuh bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi dengan bobot 2 (dua) SKS.

Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UMM adalah pusat pendidikan tenaga kependidikan yang menghasilkan guru pendidikan geografi yang berwawasan pengetahuan tentang Bumi dan Isinya. Untuk mencapai hal itu, diperlukan pembelajaran teori, observasi, dan penelitian. Dengan pengamatan, mahasiswa dihadapkan langsung pada objek yang di teliti. Melalui pengamatan tersebut mahasiswa melakukan pengumpulan data selengkap-lengkapnya,yang nantinya data tersebut akan di jadikan bahan laporan penelitian kepada dosen pengampu mata kuliah.

1.2 Rumusan masalah

Adapun permasalahan yang di kaji dalam laporan hasil kuliah kerja lapangan ini adalah sebagai berikut :

  • Ekosistem apa saja yang ada di pantai lunkak?
  • Bagaimana kondisi ekosistem pantai teluk lunkak?
  • Organisme asosiasi apa saja yang berada ekosistem hutan mangrove di pantai  lunkak? 
  • Bagaimana kondisi gelombang di pantai lunkak? 
  • Bagaimana kondisi salinitas di pantai tersebut? 
  • Bagaimana kondisi suhu di air laut di pantai tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati secara langsung objek yang di kaji yaitu, mengetahui kondisi ekosistem, Organisme asosiasi, kondisi gelombang dan suhu di air di pantai lunkak, desa Ketapang Raya Lombok timur.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari laporan ini antara lain sebagai berikut

  • Memenuhi tuntutan tugas dari dosen 
  • Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya

                                                 BAB II

                                   TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem

Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat didalamnya tercakup organisme dan lingkungan abiotik  yang satu terhadap lainnya saling mempengaruhi (Soedjiran Resosoedarmo, 1984).

Pengertian ekosistem yang lain adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.

Menurut Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Lingkungan hidup yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi. Kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia beserta makhluk hidup lainnya (M. Djirimu, dkk. 2007).

Menurut Soemarwoto (1997), manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam-macam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup didalamnya disebut lingkungan hidup makhluk hidup.

Tanah dan air merupakan sumber alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila kedua sumber tersebut terganggu atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, akan timbul suatu goncangan. Sebenarnya terjadinya erosi sebagai akibat oleh ulah manusia. Aktifitas manusia yang demikian ini, mencerminkan ketidakserasian ini antara manusia dengan lingkungan alamnya. Secara alami proses erosi memang terjadi hampir di semua daerah aliran sungai. Pada bagian-bagian wilayah tertentu dalam aliran sungai terdapat erosi yang masih dapat ditoleransi. Erosi yang masih dapat ditoleransi terjadi pada daerah yang pembentukan tanah dan hilangnya tanah karena erosi terjadi secara seimbang dan kemungkinan besarnya tingkat pembentukan tanah bagian atas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat hilangnya solum tanah bagian atas (Chafid fandeli,1992).

  2.1.1 Ekosistem pantai

Jika didefenisikan, maka ekosistem pantai tak lain adalah sebuah kesatuan di alam dimana semua komponen baik itu abiotik maupun biotik saling berinteraksi dan memungkinkan terjadinya aliran energi. Selain itu, interkasi tersebut juga membentuk sebuah struktur biotik juga siklus materi antara abiotik dan biotik.

Ekosistem pantai sangat dipengaruhi oleh siklus harian arus yang pasang dan surut. Dengan demikina, flora dan fauna yang bisa bertahan di pantai adalah mereka yang bisa beradaptasi dengan cara melekat ke substrat keras agar tidak terhempas gelombang. Wilayah paling atas dari ekosistem pantai adalah titik yang hanya terkena air pada saat pasang naik tinggi. Area ini didiami beberapa jenis moluska, ganggang, kerang, dan beberapa jenis burung pantai. Sementara itu, titik tengah pantai terendam jika pasang tinggi juga pasang rendah. Tempat ini didiami beberapa organisme semisal anemone laut, remis, siput, ganggang, porifera dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu wilayah terdalam dari ekosistem pantai dihuni oleh beragam jenis mahluk invertebrate juga ikan dan berbagai jenis rumput laut.

Sebagai sebuah ekosistem, unsur-unsur atau komponen yang tercakup di dalam ekosistem pantai antara lain Komponen abiotik mencakup suhu, cahaya, iklim, bebatuan sedimen, air dan lain-lain sedangkan Komponen produsen seperti misalnya alga lat, lamun, bakau dan masih banyak lagi lainnya. Selain itu terdapat Komponen Konsumen misalnya kerang, ikan, udang dan masih banyak lagi lainnya. Serta Komponen pengurai atau decomposer misalnya virus, jamur dan bakteri.

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama ekosistem pantai yang sehat dan baik yaitu, Garis pantai permanen terjaga dengan baik yakni wilayah laut yang berbatasan dengan daratan, Terdapat kawasan ekosistem mangrove dengan jumlah ideal 30% dari jumlah total luas pesisir, Terdapat pola usaha budidaya jenis air payau dengan berpegang pada wawasan lingkungan yang baik, Pencemaran pantai bisa dikendalikan secara baik dengan metode alamiah atau dengan campur tangan manusia dan Pantai berperan sebagai rumah yang baik bagi mahluk hidup dan bisa menjadi sumber penghidupan bagi manusia di sekitarnya.

Ekosistem pantai dikenal sebagai salah satu jenis ekosistem yang unik sebab mencakup tiga unsur yakni tanah di daratan, air di lautan dan juga udara. Pantai merupakan pertemuan antara ekosistem daratan dan juga ekosistem akuatik. Ada beberapa satuan ekosistem yang tercakup di dalam ekosistem pantai antara lain:

a. Ekosistem Mangrove.

Ekosistem Mangrove adalah sebuah lingkungan dengan ciri khusus dimana lantai hutannya digenangi oleh air dimana salinitas juga fluktuasi permukaan air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove ini sebenarnya masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai sebab ia terletak di kawasan perbatasan laut dan juga darat. Ia terletak di wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan tergenang air di masa pasang dan akan bebas dari genangan air pada saat air surut. Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya. Ada beberapa ciri-ciri spesifik yang bisa dijumpai di hutan mangrove, yaitu, Jenis pepohonan yang related terbatas, Akar pepohonan terbilang unik sebab berbentuk layaknya jangkar dengan melengkung juga menjulang di bakau atau Rhizphora Spp, Terda  pat beberapa pohon yang akarnya mencuat secara vertical layaknya pensil di pidada atau Sonneratia dan juga api-api atau Avicennia Spp, Terdapat biji atau propagul dengan sifat vivipar atau mampu melakukan proses perkecambahan pada kulit pohon, Sementara itu ciri-ciri khusus dari habitat hutan mangrove antara lain:
   
  • Wilayah tanah yang tergenang secara periodic atau berkala. 
  • Tempat tersebut juga mendapat aliran air tawar yang cukup dari daratan.
  •  Wilayah tersebut terlindung dari gelombang besar juga arus pasang surut laut yang kuat. 
  • Air di wilayah tersebut memiliki kadar garam payau.
Berbicara mengenai flora atau tumbuhan yang ada di ekosistem hutan mangrove antara lain liana, alga, bakteri juga fungi. Beberapa ahli menemukan terdapat kurang lebih 89 spesies . Flora tersebut kemudian dibagi ke dalam 3 kelompok, antara lain:

Flora hutan mangrove mayor atau tanaman mangrove sesungguhnya, adalah tanaman yang memperlihatkan kesetiaan pada habitas ekosistem mangrove. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk tegakan yang murni serta secara dominan mencirikan susunan komunitas. Dari segi morfologis, ia mempunyai bentuk yang adaptif akan lingkungan hutan mangrove dan mampu mengontrol kadar garam. Contoh flora yang masuk ke kelompok ini adalah adalah Kandelia, Rhizophora, Bruguiera, Avicennia, Ceriops, Lumnitzera, Laguncularia, Sonneratia dan Nypa.
   
Flora mangrove minor, adalah tanaman mangrove yang tidak memiliki kemampuan untuk membentuk sebuah tegakan yang murni, dengan demikian secara morfologis tanaman ini tidak memiliki peranan yang dominan dalam komunitas mangrove. Contoh tanaman ini antara lain Excoecaria, , Aegiceras. Aegialitis, Xylocarpus, Camptostemon, Heritiera, Pemphis, Scyphiphora, Osbornia, Acrostichum dan juga Pelliciera. 
   
Asosiasi hutan Mangrove, contoh tanaman yang satu ini adalah Calamus, Hibiscus, Cerbera dan masih banyak lagi lainnya. Keberadaan ekosistem mangrove ini sangat penting sebab ia memiliki beberapa fungsi yang nyata terhadap organisme lainnya. Adapun fungsinya antara lain:

  • Sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar terhindar dari erosi atau abrasi. 
  • Memacu percepatan perluasan lahan. 
  • Mengendalikan intrusi dari air laut.
  • Berperan sebagai pelindung daerah belakang hutan mangrove dari pengaruh buruk hempasan gelombang juga angin yang kencang. 
  • Sebagai kawasan penyangga dari rembesan air lautan. 
  • Sebagai pusat pengolahan limbah organik 
  • Sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan bangunan bagi manusia 
  • Sebagai penghasil beberapa unsur penting seperti obat-obatan, minuman, makanan, tannin juga madu. 
  • Sebagai lahan untuk produksi pangan. 
  • Sebagai tempat untuk mencari makanan, tempat memijah, tempat untuk berkembang-biak berbagai organisme seperti ikan, udang dan lain-lain
  •  Sebagai salah satu sumber plasma nutfah

b. Ekosistem Padang lamun atau Sea Grass.

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizome, daun dan akar seejati yang hidup terendam dalam laut. Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah (progpagule)yang di hasilkan secara seksual(dioecious), lamun umum nya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat di jangkau oleh cahaya matahariyang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih pada kedalaman yang berkisar antara 2 meter - 12 meter dengan sirkulasi air yang baik.

Secara ekologi padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu:

  • Produsen detritus dan zat hara 
  • mengikat sedimen dan menstabilkan substratyang lunak,dengan system pekaran yang padat dan saling menyilang; 
  • sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar dan memijah bagi beberapa jenis biota laut,terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini; 
  • sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sangatan matahari
  • Bahan baku pupuk 
  • Bahan baku kertas.

    Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan padang lamun:

  • Perairan laut dangkal berlumpur dan mengandung pasir 
  • Kedalaman tidak lebih dari 10 m agar cahaya dapat menembus
  • Suhu antara 20-30º C. 
  • Kadar garam antara 25-35/mil. 
  • Kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik.

c. Ekosistem Terumbu Karang atau Corall Reef.

Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

d. Ekosistem Muara Suangai atau Estuari.

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.

Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

e. Ekosistem rumput laut

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.

2.2 Oseanografi

Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari tentang laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.

Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer. dan segala fenomenanya.

Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera dan memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan fisika.

Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut.

2.2.1 Gelombang laut

Deskripsi tentang sebuah gelombang hingga kini masih belum jelas dan akurat, oleh karena  permukaan laut merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola yang selalu berubah dan tidak stabil (Garrison, 1993). Gelombang merupakan fenomena alam penaikan dan penurunan air secara periodik  dan dapat dijumpai di semua tempat di seluruh dunia. Gross (1993) mendefenisikan gelombang sebagai gangguan yang terjadi di permukaan air. Sedangkan Sverdrup at al, (1946) mendefenisikan gelombang sebagai sesuatu yang terjadi secara periodik terutama gelombang yang disebabkan oleh adanya peristiwa pasang surut.

Massa air permukaan selalu dalam keadaan bergerak, gerakan ini terutama ditimbulkan oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air dan menghasilkan energi gelombang dan arus. Bentuk gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan tergantung pada beberapa sifat gelombang, periode dan tinggi dimana gelombang dibentuk, gelombang jenis ini disebut “Sea”. Gelombang yang terbentuk akan bergerak ke luar menjauhi pusat asal gelombang dan merambat ke segala arah, serta melepaskan energinya ke pantai dalam bentuk empasan gelombang. Rambatan gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai suatu pantai, jenis gelombang ini disebut “Swell”.

Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor bawah air yang menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami) serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang dikenal sebagai gelombang  pasang surut.    

2.2.2  Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%. Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-halida terutama klorida adalah anion yang paling banyak dari elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt) atau permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap "Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia. Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL standar 
  .Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan

2.2.3  Suhu air laut

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.

Suhu air laut merupakan parameter yang sering diukur mengingat kegunaannya dalam mempelajari proses fisika, kimia dan biologi laut. Selain itu juga suhu dimanfaatkan dalam mempelajari transportasi dan polutan yang masuk ke lingkungan laut. Suhu juga merupakan faktor pembatas dalam penyebaran hewan dan tumbuhan laut, sebagai contoh binatang karang yang penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat di daerah tropik dan subtropik. Proses metabolisme pada organisme hanya berfungsi dengan baik pada kisaran suhu yang relatif sempit, yakni antara 0 hingga 40 derajat Celcius. Namun terdapat juga organisme yang mampu mentolerir suhu sedikit di atas atau di bawah batas-batas tersebut. Ganggang hijau-biru dapat hidup pada suhu 85 derajat Celcius di sumber air panas. Proses metabolisme organisme akan meningkat dua kali lipat untuk kenaikan suhu sebesar 10 derajat Celcius. Suhu air laut berkisar -2 hingga 40 derajat Celcius mulai dari suhu air laut di daerah kutub sampai air laut di daerah tropis (perairan dangkal). Suhu air permukaan memperlihatkan kisaran yang amat luas sedangkan air laut dalam lebih stabil. Suhu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi matahari, posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan, proses interaksi air dan udara, penguapan dan hembusan angin. Secara alamiah atau terbesar faktor yang mepengaruhi besarnya suhu adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat di bumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0,033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai ke batas atas atmosfer bumi rata-rata 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air. Secara keseluruhan sebagian besar air samudera itu dingin. Kurang dari 10% volume air laut di muka bumi yang suhunya lebih dari 10 derajat Celcius dan 75% suhunya di bawah 4 derajat Celcius. Hal ini disebabkan sinar matahari hanya mampu menembus laut sampai beberapa ratus meter saja. Sedangkan pengaruh penyinaran matahari musiman hanya mencapai kedalaman kira-kira 100 meter. Akibatnya di samudera terdapat lapisan atas yang relatif hangat dihubungkan dengan lapisan transisi mendadak ke air dingin yang merupakan kolom air samudera sisanya. Daerah atau lapisan dengan penurunan suhu cepat ke bawah disebut

2.2.4  Arus air laut

Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng , downwelling. Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu:

  • Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau yang ada di sekitarnya : Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas – batas ini menghasilkan sistem aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk bulatan. 
  • Gaya Coriollis dan arus ekman : Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya corriolis juga yangmenyebabkan timbulnya perubahan – perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya kedalaman suatu perairan.
  • Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking : Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.

    Adapun jenis – jenis arus dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
  1. Berdasarkan penyebab terjadinya

  • Arus ekman : Arus yang dipengaruhi oleh angin. 
  • Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi.
  • Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut. 
  • Arus geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis 
  • Wind driven current : Arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan.

  1. BerdasarkanKedalaman
  • Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin. 
  • Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom perairan, arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.

                                                  BAB III

                                            METODELOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Kuliah Kerja Lapangan II ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 09 juni 2013 di lokasi Pantai Lunkak yang terletak di Dusun Lungkak, Desa Ketapang Raya Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur.  berikut peta lokasi pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan ( KKL ) II seperti dibawah ini.

Peta Lokasi pantai lunkak 


Sumber : wikimapia (google earth)

3.2 Alat dan bahan

Alat yang di gunakan dalam pelaksanaan kuliah kerja lapangan II ini adalah tiang skala dan tabung layang – layang, termometer, stopwatch  dan salinometer. Dimana alat tersebut terdiri dari kayu untuk tiang skala, sedangkan tabung layang – layang terdiri dari bola plastik, aluminium, dan tali dengan panjang 3 meter.


3.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk menjawab hasrat keingintahuan manusia yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Dengan demikian penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara pengamatan secara langsung yang hasilnya di bahas pada BAB IV.

Sebagai kegiatan ilmiah, maka suatu penelitian telah dimulai, apabila peneliti berusaha untuk memecahkan masalah secara sistematis dengan metode tertentu, yakni metode ilmiah untuk menemukan kebenaran. Adalah langkah yang tepat untuk mengetahui strategi menentukan permasalahan dalam penulisan karya ilmiah, karena sebagai awal peneliti merencanakan mengadakan suatu penelitian yang dipikirkannya adalah masalah yang ditelitinya. Namun “di atas kertas”, peneliti yang bersangkutan memulai dengan judul penelitian. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian yang menjawab permasalahan penelitian. Jawaban terhadap tujuan penelitian ini menjadi bobot dari sebuah penelitian. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut, peneliti melaksanakan tahap-tahap penelitian yaitu: penyusunan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian, penyusunan kerangka teoritis dan konsepsional, perumusan hipotesa penelitian (bila diperlukan), pengumpulan data, selanjutnya melaksanakan pengolahan data yang kemudian secara bersamaan maupun berkesinambungan melakukan analisa data, dan pada akhirnya menyusun sebuah laporan penelitian. Dalam menyusun laporan penelitian, pada akhirnya membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian dan menyusun saran atau rekomendasi berdasarkan pada pengolahan data hasil penelitian.

3.4 Prosedur kerja

  3.4.1 Arus

Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan Drift float (layang-layang arus) yang dilengkapi dengan tali berskala (panjang tali diketahui 3 meter). Layang-layang arus dilepaskan ke perairan dan dibiarkan terapung  dan dibawa arus hingga tali pengulur lurus horizontal. Waktu awal pelepasan layang-layang arus hingga waktu akhir tali lurus horizontal dicatat dengan menggunakan stopwatch. pengukuran dilakukan 1 kali saja. Selanjutnya untuk mengetahui arah arus di ukur dengan menggunakan kompas searah dengan arah pergerakan arus.

  3.4.2 Gelombang

Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan menggunakan tiang berskala. Setelah itu menentukan tinggi gelombang terukur melalui selisih hasil pembacaan puncak dan lembah gelombang pada tiang skala. Pada pembacaan masing-masing puncak dan gelombang dilakukan sebanyak 50 kali pengulangan.

Periode gelombang di ukur dengan mencatat waktu yang diperlukan oleh satu gelombang untuk melewati satu titik referensi dengan menggunakan stopwatch.

  3.4.3 Suhu

Cara menggunakannya adalah sebagai berikut : Thermometer Hg dicelupkan langsung ke permukaan air laut (dengan kedalaman 50 cm)  dan , dibiarkan beberapa saat (± 10 menit) lalu diangkat dan secepatnya dan dibaca nilai suhu pada skala Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang maksimal,  pengukuran suhu air laut ini dilakukan hanya sekali saja.

  3.4.4 Salinitas

Pengukuran salinitas( kadar keasinan) air laut di teluk pantai lunkak, dilakukan dengan cara, dimana salinometer di celupkan pada gelas ukur yang sebelumnya di isi dengan air laut

3.5 Analisis data

  3.5.1   Arus

  Kecepatan arus digunakan dengan menggunakan persamaan :

  V =S/t

  Dimana :

          V = Kecepatan arus (m/s)

          S = Panjang tali (m)

          t = Waktu (s)

  3.5.2 Gelombang

  • Tinggi gelombang (H) = Puncak – lembah 
  • Tinggi gelombang signifikan (H 1/3) =  
  • Periode gelombang (T) = t/N 
  • Periode gelombang signifikan (T 1/3) = 1.1 x T 
  • Frewkuensi gelombang (F) = 1/T 
  • Amplitudi gelombang (A) = A=1/2 tinggi gelombang signifikan (H1/3)
                 Dimana :     T  = periode gelombang  (s)

                                     t  = waktu pengamatan (s)

                                   N  = banyaknya gelombang

3.5.3 Suhu

Dapat dilihat langsung pada alat yaitu termometer yang satuannya dinyatakan dalam °C

3.5.4 Salinitas

Dilihat langsung pada alat yaitu salinometer yang satuannya dapat dinyatakan dengan ppm

3.5.5 Mangrove




           BAB IV

        HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

Pantai Lunkak merupakan sebuah pantai yang terletak di Dusun Lungkak, Desa Ketapang Raya Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur, yang dimana terletak di paling ujung timur pulau lombok, pantai lungkak juga berdekatan dengan Desa Tanjung Luar. Tempat ini memiliki berbagai variasi ekosistem, antara lain ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem rumput laut.

4.2 Ekosistem

4.2.1   Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove di pantai lungkak ini merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove tersebut. Hutan mangrove di pantai ini memiliki peranan yang sangat penting terutama bagi kehidupan masyarakat sekitarnya yaitu, dengan memanfaatkan produksi yang ada di dalamnya, baik sumberdaya kayunya maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan) yang biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove tersebut.

Fungsi utama mangrove tersebut adalah sebagai penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan (run off) dari daratan, juga berfungsi sebagai penahan abrasi pantai. Mangrove di pantai ini, juga merupakan ekosistem penghasil sejumlah detritus, sehingga merupakan daerah asuhan, mencari makan dan pemijahan bagi ikan yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai.

Dari pengamatan dan hasil pengukuran, hutan mangrove ini memiliki seperti di bawah ini:

Menghitung kerapatan ekosistem mangrove

Diketahui:    ∑ individu   = 1 jenis (Rhizophora stylosa Griff)

                   Luas transek = 200 m

                                        = 1/200 = 0,005

Hutan mangrove di daerah ini, tergolong hutan mangrove sedang, karena memiliki ukuran yang tidak terlalu luas, yang tersebar di sekitar daerah pesisir. Namun demikian kondisi hutan mengrove ini sudah semakin menurun, karena banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai kayu bakar dan bahan-bahan lainnya, selain itu kebiasan buruk masyarakat setempat yang membuang sampah sembarangan, juga ikut andil dalam merusak ekosistem mangrove di pantai ini.

a. Bakau (Rhizophora stylosa Griff)

Jenis bakau yang berada di pantai lungkak, ketapang raya ini adalah jenis bakau kecil (Rhizophora stylosa Griff), yaitu dengan ciri-ciri Pohon dengan satu atau banyak batang. habitat dari Bakau ini yaitu lumpur yang berada didaerah muara sungai yang masih mendapat pengaruh dari pasang surut air laut. Hutan bakau di wilayah ini  memiliki ciri  dengan akar napas yang tidak terlalu menyolok , memiliki Tinggi total 2-3  m, dengan tinggi akar mencapai 1-3 cm atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 5-20 cm.

Hutan Bakau ini memiliki peranan penting bagi kehidupan masyrakat setempat  misalnya dimanfaatkan sebagai kayu bakar ataupun kebutuhan lainya. Selain itu hutan bakau ini sangat bermanfaat dalam mencegah abrasi pantai, menambah daratan, menyerap bahan kimia berbahaya yang ada di air sehingga air dapat dikonsumsi dan tidak mengandung racun, mencegah air laut masuk ke daratan sehingga mencegah banjir rob, dan sebagai tempat berkembang berbagai jenis hewan (siput, udang, ikan dll).

Didalam wilayah hutan bakau ini di temukan beberapa jenis hewan (organisme asosiasi) yang biasa di temukan di dalam hutan bakau lainnya, hewan-hewan tersebut antara lain:

1. Kepiting (Uca vocans)

Jenis kepiting yang hidup di dalam area hutan bakau ini adalah Uca vocans yaitu Famili Ocypodidae, dengan ciri, Karapas berbentuk trapesium memanjang berwarna abu-abu atau hitam. Pada jantan, salah satu capit membesar dan sangat panjang. Capit biasanya berwarna kuning atau orange dengan pemukaan yang kasar dan ujung berbentuk seperti kait.

2. Kelomang (Clibanarius longitarsus)

Clibanarius longitarsus (kelomang) yang hidup di daerah ini memiliki ciri dimana Semua capit berukuran hampir sama besar, kaki jalan tampak panjang dan ramping disertai garis biru memanjang. Tangkai mata berwarna kuning. Hewan ini tidak membuat cangkang sendiri sehingga menggunakan cangkang Gastropoda yang telah mati sebagai rumahnya. Selain jenis ini kadang dijumpai jenis Clibanarius amboinensis.

3. Keong air tawar (Sulcospira sp)

Di lelumpuran tempat tumbuhnya bakau tersebut di temukan  jenis Keong air tawar atau Sulcospira sp yang merupakan kelompok Mollusca yang memiliki jumlah yang cukup banyak, hewan ini memiliki panjang 3-5 cm, dengan ciri cangkang warna hitam dengan garis-garis agak kecoklatan yang menyelimuti tubuhnya.

4.2.2  Ekosistem padang lamun

Padang lamun (sea grass) banyak dijumpai di wilayah pesisir pantai lunkak, dengan kondisi yang rusak, sehingga bukan lagi merupakan ekosistem yang baik bagi ikan dan biota laut lainnya. Dalam kondisi yang baik, padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya (Bengen, 2001), sehingga merupakan habitat yang baik bagi ikan dan biota laut lainnya. Menurut penuturan masyarakat setempat bahwa puluhan tahun yang lalu hasil tangkapan ikan yang diperoleh di daerah padang lamun cukup tinggi, tetapi sekarang keadaan itu tidak pernah dijumpai lagi.

Adapun beberapa organisme asosiasi pada ekosistem padang lamun, antara lain sebagai berikut:

a. Rajungan

Rajungan yang bernama latin Portunus pelagicus, merupakan jenis kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Jenis ini biasanya ditemukan dalam pasang surut dari Samudera Hindia dan Samudra Pasifik dan Timur Tengah sampai pantai di Laut Mediterania Rajungan yang sangat popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. Rajungan merupakan kepiting . Rajungan juga memiliki beberapa keunggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan.

b. Ikan-ikan kecil

Pada ekosistem padang lamun di temukan beberapa jenis ikan kecil, diantaranya kan Ikan sumatra (Puntius tetrazona). Ikan ini berukuran kecil, dengan panjang total (beserta ekor) mencapai 70mm. Tubuh berwarna kekuningan dengan empat pita tegak berwarna gelap; pita yang pertama melewati mata dan yang terakhir pada pangkal ekor. Gurat sisi tak sempurna, 22-25 buah dengan hanya 8-9 sisik terdepan yang berpori. Batang ekor dikelilingi 12 sisik. Tinggi tubuh sekitar setengah kali panjang standar (tanpa ekor).

Sekitar mulutnya, sirip perut dan ekor berwarna kemerahan. Sirip punggung dan sirip dubur berwarna hitam, namun warna hitam pada sirip punggung dibatasi oleh garis merah. Jenis yang diperdagangkan, selain yang berwarna kekuningan, ada pula individu yang kemerahan, kehijauan dan albino

4.2.3  Ekosistem rumput laut

Daerah pantai lunkak dikenal dengan sentral rumput lautnya, sama seperti daerah-daerah lainya di lombok timur (tanjung luar, batu nampar, teluk ekas dll). Kemelimpahan rumpu laut ini tentu memberikan manfaat bagi biota-biota laut (ikan, udang, pantkton dll) terutaman, bagi masyarakat setempat. Aktivitas budidaya rumput laut di daerah ini merupakan mata pencharian utama, selain dari nelayan, tambak dll. Budidaya rumput laut sudah lama dilakukan dan berlangsung secara turun temurun. Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di daerah ini adalah  jenis cottonii tetapi dalam perkembangannya rumput laut yang dibudidayakan tidak hanya dari jenis cottonii, tetapi juga sudah mulai berkembang rumput laut dari jenis lain seperti sargassum dan spinossum yang mulai dibudidayakan.

Jika dilihat dari kondiasi realnya, ekosistem alami rumput laut di pantai ini sudah mulai mengalami kerusakan, Kerusakan kualitas rumput laut tersebut disebabkan oleh pencemaran lingkungan, kurangnya cahaya yang dapat diserap, hal ini dapat dilihat dari kondisi air lautnya yang keruh dan sudah tidak jernih lagi, jenis rumput laut alami yang di temukan adalah Rumput laut cokelat atau disebut juga dengan Phaeophyceae

Warna umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorifil a dan c, beta karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat berupa tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (Ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria, bebeapa diantaranya mempunyai lebar 2 m ), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia), tumbuhan ini umumnya hidup di air laut, khusunya laut yang agak dingin dan sedang. Biasanya hidup pada perairan sublitoral yaitu alga yang berada di bawah permukaan air dan intertidal yaitu alga secara periodik muncul kepermukaan karena naik turun air akibat pasang surut. Pada ekosistem rumput laut di temukan banyak sekali organisme asosiasi, Adapun beberapa dari sekian banyak organisme asosiasi pada ekosistem tersebut, antara lain:

a. Plankton

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.

Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.

b. Ikan

Jenis ikan yang banyak di temukan pada ekosistem rumput laut di pantai ini adalah ikan kembung, ikan ini tergolong ke dalam marga Rastrelliger, suku Scombridae. Meskipun bertubuh kecil, ikan ini masih sekerabat dengan tenggiri, tongkol, tuna, madidihang, dan makerel.

Kembung termasuk ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah, sehingga terhitung sebagai komoditas yang cukup penting bagi nelayan lokal. Kembung biasanya dijual segar atau diproses menjadi ikan pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama. Ikan kembung yang masih kecil juga sering digunakan sebagai umpan hidup untuk

4.2.4  Vegetasi lainnya

Lokasi ini termasuk daerah yang mempunyai banyak jenis vegetasinya, dimana  banyak terdapat tumbuh – tumbuhan yang juga berfungsi sebagai penahan abrasi pantai di daerah ini. Vegetasi-vegetasi tersebut, antara lain:

a. Padang galas

Jenis tumbuhan ini memiliki karakter dengan daun yang berbentuk jarum yang tajam, berkembangbiak dengan spora, ketinggiannya berkisar 50-100 cm. Sebagian besar tumbuhan ini tersebar di hamparan garis pantai di pantai lunkak, daun yang berbentuk jarum dan tajam, berfungsi untuk melindungi diri dari predator ataupun musuh. Selain bakau, Tumbuhan ini juga memiliki peran penting  dalam menahan terjadinya abrasi pantai.

b. Pohon banten

Tumbuhan ini diantaranya dapat menjadi habitat bagi beberapa insekta, burung maupun hewan lainnya yang terbentang sepanjang garis pantai lunkak, pohon ini memiliki ketinggian kurang lebih 30-45 meter, dengan ciri daun yang berbentuk pipih panjang dengan warna hijau muda dan hijau tua. Jumlah pohon ini berkisar 300-500 pohon.

c. Rembige

Rembige memiliki ciri daun yang berbentuk agak bundar lebar, dengan ketinggian 1-2 meter, jumlah pohon ini berkisar 100-200 pohon.

d. Mahoni
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.

4.3 Oseanografi

4.3.1 Mengukur kecepatan arus dan arah arus

Dalam pengukuran kecepatan dan arah arus dilakukan pada siang hari pada jam 14:01 pm pengukuran dilakukan dilakukan sebanyak 1 kali, dari pengamatan yang dilakukan di peroleh hasil pengamatan, seperti tabel dibawah


Dari data di ata maka dapat diperoleh kecepatan arus laut sebagai berikut


4.3.2 Mengukur gelombang

Pengukuran gelombang di lokasi pantai lunkak lombok timur,  dilakukan selama 225 detik ( 3 menit 45 detik ) selama 50 kali pembacaan gelombang puncak dan gelombang lembah. Alat ukur gelombang yang di gunakan yaitu Tiang Skala. Hasil pengukuran gelombang tersebut seperti tabel di bawah ini :


berdasarkan data yang berada pada tabel di atas maka dapat dihitung:

Dari data ketingggian gelombang pada tabel atas (H), Maka di proleh grafik ketinggian gelombang seperti dibawah ini:

  Keterangan:  H = ketinggian gelombang (cm)

                       N = banyaknya pengukuran

4.3.3 Mengukur suhu air laut

Pengukuran suhu air laut dilakukan sekali saja pada jam 14:15 pm dan pada kedalaman 150 cm, yang daerah kedalaman tersebut masih mendapat pengaruh cahaya matahari. Dari hasil pengukuran yang di lakukan, di peroleh suhu air laut berkisar 28° C, tentunya suhu tersebut merupakan suhu yang agak dingin.

4.3.4 Mengukur salinitas air laut

Pengukuran salinitas air laut dilakukan pada siang hari pada jam 14:40 Dari hasil pengukuran yang menggunakan salinometer, diperoleh hasil, yaitu 10 ppm. Kandungan salinitas di daerah ini bersifat normal

                                                    BAB V

                                                 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat di peroleh beberapa kesimpulan, antara lain:

a. Lokasi ini memiliki berbagai ekosistem, diantaranya ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem rumput laut yang merupakan potensi yang berguna suatu sistem ekologi, maupun sebagai mata pencharian bagi masyarakat setempat.

b. Kondisi real ekosistem yang ada di daerah tersebut, sudah mulai mengalami kerusakan, hal ini tentu memberikan dampak negatif bagi masyarakat setempat, seperti berkurangnya hasil tangkapan biota air (udang, kepiting, ikan dll).

c. Kondisi suhu air laut pada lokasi ini cendrung agak dingin  dan salinitas air laut di pantai ini bersifat normal, sedangkan gelombangnya, cendrung tidak terlalu tinggi, karena berhubung letak pantai ini didalam teluk, sehingga anggin bertiup (pembentuk gelombang) tidak terlalu besar.

5.2 Saran

Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari laporan kuliah kerja lapangan ini pembaca bisa mempelajarinya dari refrensi-refrensi lain maupun dari sumber-sumber yang di jadikan pedoman dalam penyusunan laporan dan membandingkannya dengan laporan yang kami susun ini.

Selanjutnya semoga laporan  ini bermanfaat bagi pembaca, kritik dan saran kami harapkan dari pembaca supaya dalam penyusunan makalah kedepannya semakin lebih baik lagi.

                                          DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, r PT pradnya paramita, pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan secara terpadu, Jakarta 2004

Ardiansyah. 20013. Praktek lapangan oceanografi, dari: http://aswarpunyainfo.blogspot.com/2012/11/praktek-lapang-oceanografi.html. (diakses pada tanggal 01 juli 2013)

Ardiansyah. 20013. Makalah ekosistem laut, dari: http://ciahh.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html . (diakses pada tanggal 01 juli 2013)

Ardiansyah. 20013. Ekosistem pantai pesisir, dari: http://www.bimbie.com/pantai.htm. (diakses pada tanggal 01 juli 2013)

Ardiansyah. 20013. Ikan hias air laut, dari: http://books.google.co.id/books?id=UkS272T7bVwC&pg=PA18&dq=salinometer&hl=id&sa=X&ei=Ei_aUcC1FMmGrge1wIGIDA&ved=0CCwQ6AEwAA#v=onepage&q=salinometer&f=false. (diakses pada tanggal 02 juli 2013)

Ardiansyah. 20013. Mengenal ekosistem laut, dari: http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/mengenal-ekosistem-laut.html. (diakses pada tanggal 02 juli 2013)

Ardiansyah. 20013. Ekosistem mangrove, dari: http://hendrasurianta.wordpress.com/2010/03/31/ekosistem-mangrove/. (diakses pada tanggal 02  juli 2013)

Ardiansyah. 20013. Berkenalan dengan ekosistem mangrove, dari: http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/berkenalan-dengan-ekosistem-mangrove.html. (diakses pada tanggal 01 juli 2013)

                          

Komentar